20 Sifat Allah yang Wajib DI Ketahui

1. Wujud (ada) 2. Qidam (Terdahulu) 3. Baqo’ (Kekal) 4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya) 5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya) 6. Wahdaaniyah (Esa) 7. Qudrat (Kuasa) 8. Iroodah (Berkehendak) 9. Ilmu (Mengetahui) 11. Sama’ (Mendengar) 12. Bashor (Melihat) 13. Kalam (Berkata-kata) 14. Qoodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat 15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah 16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu 17. Hayyun: yang Hidup 18. Samii’un: Yang Mendengar 19. Bashiirun: Yang Melihat 20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata

Rabu

Merancang Kematian

Pernahkah suatu kali kita merancang dan menyiapkan hari kematian kita? Hari dimana setiap insan dan yang bernyawa akan menghadapinya. Saat kita berpindah ke Arrafîq Al-a`la. Apa posisi yang kita dambakan ketika malaikat Izrail datang menjemput? Apa yang telah kita persiapkan untuk dipersembahkan kepada kekasih abadi, Allah Pencipta kita? Apakah kita mempersiapkan hari kematian seperti atau melebihi persiapan kita untuk hari pernikahan?

“Apakah kita takut dengan kematian? (Sama saja) Saya akan mati dengan dibunuh atau kanker. Kita semua menanti, saat akhir kehidupan kita. Tidak ada yang berubah. Apakah berakhir dengan berhentinya dengan detak jantung atau dengan helikopter Apatche. Tapi saya lebih senang mati dengan Apatche…”

Itulah ungkapan jujur dari asy-syahid Dr. Abdul `Aziz Arrantisi sebelum hari dimana serangan udara Yahudi dengan pesawat tempur Apatche berhasil mengarahkan rudalnya tepat mengenai mobil yang beliau tumpangi. Sekilas ungkapan beliau di atas memberitahukan pada kita, bahwa asy-syahid Arrantisi telah merancang kematiannya hingga akhirnya beliau meraih apa yang beliau cita-citakan tersebut, yaitu mati dengan Apatche.

Jauh ke belakang, para pendahulu kita as-salafus soleh sudah terbiasa melakukan perencanaan kematian. Mereka adalah manusia akhirat, manusia yang hidup untuk akhirat. Setelah gugurnya panglima Islam, Zaid bin Haritsah radhiyallahu `anhu dalam peperangan Mu`tah, bendera yang dipegangnya diambil alih oleh Ja`far radhiyallahu `anhu. Kemudian Ja’far membaca beberapa bait sya`ir : Wahai manusia! Betapa indahnya surga dan betapa gembiranya orang yang menghampirinya ! Betapa bagusnya benda-benda yang ada di dalamnya dan betapa segar airnya Telah datang waktunya bagi orang-orang Romawi untuk mendapatkan kehancuran Dan telah diwajibkan bagiku untuk membinasakan mereka semua.

Setelah membacakan syair di atas, dengan sengaja Ja`far memotong kaki kudanya untuk melenyapkan perasaan ingin meninggalkan medang perang. Sambil memegang bendera yang berkibar di tangannya dan sebilah pedang di tangan sebelahnya, Ja`far terus bergerak maju menyerang tentara musuh. Tangan kanannya yang memegang tiang bendera kemudian dipotong oleh musuh dalam pertempuran tersebut. Ja`far segera mengambil bendera itu dengan tangan kirinya. Ketika tangan kirinya pun dipotong oleh musuh, ia tetap mengibarkan bendera itu dengan didekap di dadanya sambil menggigit tiangnya sekuat tenaga serta dibantu oleh kedua tangannya yang tersisa. Akhirnya tubuh Ja`far dibelah dua oleh musuh dari belakang sehingga ia gugur syahid. Ketika itu ia berusia 33 tahun.

Abdullah bin Umar radhiyallahu `anhu bercerita, “Ketika kami mengangkat jenazah Ja`far keluar dari medan pertempuran, kami mendapati kira-kira ada sembilan puluh luka di tubuhnya dan semuanya di bagian depan.”

Kemudian Abdulah bin Rawahah radhiyallahu `anhu segera meraih bendera dan terus berjuang. Pada waktu itu jari-jari tangannya terluka parah dan berlumuran darah hingga bergelantungan hampir putus. Ia pun meletakkan jari-jari tangannya itu di bawah kakinya lalu menarik semuanya hingga benar-benar putus, lalu potongan-potongan jari itu ia lemparkan dan kembali bergerak menghadapi musuh. Dalam keadaan tersebut, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, bahwa tentara Islam sedang berjuang menghadapi tentara musuh yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan tentara Islam yang sangat sedikit, sehingga membuat Abdullah hampir putus asa dan berhenti sejenak. Tapi segera ia tersentak dari lamunannya, seraya berkata dalam hatinya, “Wahai hati! Apa yang menyebabkan kamu berpikir demikian? Apakah karena cinta terhadap istri? Kalau demikian, dia akan aku talak tiga sekarang juga. Apakah karena hamba-hamba sahaya? Kalau demikian aku akan bebaskan mereka semua. Apakah karena kebun-kebun? Kalau begitu aku sedekahkan semuanya di jalan Allah.

Abdullah kemudian membaca beberapa bait syair :

Demi Allah, wahai Abdullah, kamu harus turun Apakah dengan senang ataupun dengan berat hati Telah cukup lama kamu hidup dalam ketenangan Berpikirlah, bahwa pada mulanya kamu berasal dari setetes air mani. Lihatlah, betapa hebatnya orang-orang kafir menyerang tentara Islam, apakah engkau tidak ingin surga? Walaupun kamu tidak terbunuh dalam pertempuran ini. Ingatlah bahwa suatu hari nanti engkau akan mati juga

Kemudian ia turun dari kudanya, sementara sepupunya telah datang membawa sepotong daging kepadanya seraya berkata, “Makanlah daging ini dan beristirahatlah dulu sebentar.”
Ketika Abdullah hendak mengambil daging itu, ia mendengar teriakan musuh dari sudut pertempuran. Kemudian potongan daging itu pun ia lemparkan dan dengan sebilah pedang terhunus di tangannya, Abdullah bergerak masuk ke dalam pasukan musuh dan terus berjuang dengan seluruh kekuatannya yang ada, sampai akhirnya ia pun gugur syahid.

Dalam riwayat lain dikisahkan, seorang Arab Badui bergabung dalam perang Khaibar. Usai pertempuran, Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam membagikan hasil rampasan perang. Ketika bagiannya diberikan oleh Rasulullah, ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apa ini?”, “Ini adalah hasil peperangan yang aku sisihkan untukmu”, jawab Rasul. “Saya bergabung dengan kafilah jihad engkau bukan karena ini, tapi saya ingin syahid dengan cara tertancap tombak di salah satu sisi leher saya hingga tembus keluar sisi yang lain.”
“Jika kamu jujur kepada Allah dengan niat ini, maka niscaya Allah akan menjadikannya kenyataan”, balas Rasulullah saw. Kemudian para sahabat kembali berperang.
Seperti biasa usai peperangan, para syuhada dikumpulkan. Dan, seorang Badui tadi ditemukan mati syahid persis seperti yang ia inginkan. Allahu akbar…!

Seperti inilah kehidupan para sahabat radhiyallahu `anhum. Setiap kisah mengenai mereka telah membuktikan betapa tingginya semangat perjuangan mereka, sekaligus membuktikan bahwa dunia beserta segala isinya tidak mempunyai nilai apa-apa dalam pandangan mereka. Tetapi sebaliknya, yang sangat mereka cintai dan dambakan adalah kejayaan di akhirat kelak.

Nah, pernahkah kita berfikir tentang hal ini? Tentang kedudukan kita kelak di akhirat. Pernahkah bayang-bayang itu muncul? Sudah beranikah kita dengan jujur merencanakan kematian seperti mereka? Apa yang telah kita siapkan untuk bertemu dengan Sang Kekasih yang abadi? Adakah perjumpaan dengan Allah menjadi dambaan kita? Apa yang telah kita rancang dan siapkan untuk menyambut hari kematian kita? Apakah kita menginginkan kematian dalam keadaan tengah bersujud pada Allah? Di saat tengah shalat, membaca al-Qur`an, berdakwah, menuntut ilmu, berpuasa, dan lain-lainnya? Ataukah dalam keadaan tunduk dan bersujud pada hawa nafsu, setan, dunia, harta, dan disaat sedang berbuat dosa dan maksiat pada Allah? Wallahul musta`an wa a`lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Asma'ul Husna (99) Gelar Allah

1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar

Nama-Nama Nabi

1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.

Rukun Islam dan Iman

- A. Rukun Islam / Lima Perkara
1. Dua Kalimat Syahadat
2. Sholat Lima Waktu
3. Ibadah Puasa
4. Melaksanakan Zakat
5. Pergi Haji Bagi yang Mampu
- B. Rukun Iman / Enam Perkara
1. Percaya kepada Allah SWT
2. Percaya kepada Nabi dan Rasul / Rosul Allah SWT
3. Percaya kepada Malaikat Allat SWT
4. Percaya kepada Kitab Allat SWT yaitu Al Qur'an
5. Percaya kepada Hari Kiamat / Hari Akhir
6. Percaya kepada Qada dan Qadar / Qodo dan Qodar / Kodo dan Kodar atau Ketentuan Allah SWT

© 3 Columns Newspaper Copyright by Tentang Islam | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks